Beranda | Artikel
Mengikuti Jalan Yang Bercabang
Rabu, 13 Juni 2007

MENGIKUTI JALAN YANG BERCABANG

Oleh
Syaikh Muhammad bin Musa bin Nasr

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda bahwasanya umat ini akan berpecah belah berkelompok-kelompok dan bergolong-golongan. Dan bahwa umat ini akan mengikuti cara-cara umat-umat sebelumnya selangkah demi selangkah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Kalian benar-benar akan mengikuti tata cara umat-umat sebelum kalian, selangkah demi selangkah hingga mereka memasuki lubang biawak kalian pasti mengikutinya. “Para sahabat bertanya : Apakah yang engkau maksudkan Yahudi dan Nashara ?” Beliau menjawab : Kalau bukan (mereka) siapa lagi?” [Muttafaqun ‘alaihi]

Dan seandainya engkau kembali kepada pokok-pokok kelompok yang sesat, tentulah kalian akan mendapati –pokok kembalinya- tercabang dari Yahudi dan Nashara.

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan juga bahwasanya perselisihan umat ini akan terjadi lebih banyak dari perselisihan yang terjadi pada Yahudi dan Nashara. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Yahudi dan Nahsrani terpecah belah menjadi tujuh puluh dua kelompok, dan umatku ini akan terpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok, semuanya akan masuk neraka kecuali satu saja. Para sahabat bertanya : “Siapa mereka itu wahai Rasulullah ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Mereka itu yang berpemahaman seperti aku dan sahabatku pada hari ini” [Dikeluarkan Tirmidzi dan Ath-Thabrani dalam “Ash-Shaghir” dan “Al-Uqaikili” dalam “Adh-Dhua’afa” dan hadits ini hasan dengan penguatnya]

Hadits ini adalah bagian dari tanda-tanda kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh kita telah melihat perpecahan dan perselisihan. Dan kita membakar degan apinya, dan setiap kali datang satu masa, manusia akan melihat perselisihan lebih banyak dan perpecahan lebih dahsyat dari zaman sebelumnya. Dan inilah yang dimaksud oleh sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya.

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اختِلافاً كَثِيْرًا فَعَليْكُمْ بسُنَّتِي وسُنَّةِ الخُلَفاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِيِيِّنَ مِنْ بَعْدِي, تَمَسَّكُوا بِهَا عَضُّوا عَلَيْهَا بالنَّواجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَة

“Sesungguhnya siapa saja yang hidup diantara kalian sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak, maka hendaknya kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidin sepeninggalku, gigitlah dengan gigi geraham, dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru dalam agama, karena setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah ….” [Shahih dikeluarkan Tirmidzi dan lainnya]

Para sahabat yang dipanjangkan umurnya mendapatkan awal-awal munculnya perselisihan yang banyak, munculnya kelompok Khawarij, Al-Mutazilah, Ar-Rafidhah, benih-benih Tasawuf, setiap kelompok ini adalah bukti kebenaran hadits ini.

Akan tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan penyakit dan memberi sifat obatnya, perslisihan adalah penyakit sedangkan obatnya berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah, oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikat dengan Sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidin, karena sunnah mereka tidak keluar dari sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan jalan mereka tidak menyimpang dari jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kebenaran mereka tegakkan, dan dengan kebenaran mereka berbicara, dan pada merekalah kebenaran berdiri dan berbicara. Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih mereka untuk menemani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai mereka dan merekapun ridha kepadaNya.

Mengada-adakan suatu amalan dalam agama (berbuat bid’ah) adalah dasar kerusakan dan pondasinya, oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan darinya dan bersabda.

إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.

“Hati-hatilah kalian dari perkara-pekara baru dalam agama, karena setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah”

Dan sebagian dai menyangka banyaknya jama’ah-jama’ah dalam medan dakwah adalah kemunculan yang diridhai, maka kepada mereka ini kami katakan : “Sesungguhnya munculnya banyak jama’ah-jama’ah adalah kemuculan yang membawa penyakit ; karena munculnya banyak jama’ah-jama’ah ini akan mengakibatkan banyaknya perselisihan, dan seluruh perselisihan ini adalah hal yang buruk, dan keburukan itu tidak mendatangkan kebaikan, khususnya bahwa sebagian jama’ah-jama’ah ini ekornya berujung pada sebagian kelompok-kelompok yang membinasakan, seperti perkataan pengkafiran terhadap seseorang yang melakukan perbuatan maksiat dan dosa (sebagaimana kelompok khawarij, -pent), pengingkaran terhadap hadits ahad (kelompok yang berpemahaman seperti ini adalah Hizbut Tahrir, -pent), membantah hadits dan atsar dengan akal dan hawa nafsu, menolak sifat-sifat Allah. Maka dalam jama’ah-jama’ah ini terdapat kebenaran dan kebatilan. Manakala pada jama’ah-jama’ah itu lebih dekat kepada kebenaran maka lebih dekat kepada shirathal mustaqim (jalan yang lurus). Dan manakala menjauh dari kebenaran maka lebih dekat kepada jalannya mereka yang berpecah belah, yaitu tujuh dua kelompok yang akan binasa yang telah diperingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu wajib (bagi kita) mengetahui kebatilan pengikutnya serta manhaj mereka agar terjaga dan dapat berhati-hati dari mereka, sebagaimana juga wajib mengetahui jalan orang-orang yang di anugerahi nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, -yaitu jalannya kelompok yang selamat- dan hal ini bisa diketahui dengan ilmu yang shahih yang tegak diatas dalil-dalil dan hujjah yang jelas, dari Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah.

Dan dasar kita dalam berdiri adalah diatas pemahaman salaf –sebagaimana kami telah menyebutkan dan akan kami sebutkan- : karena merekalah manusia yang paling mengetahui tentang Allah dan RasulNya, dan merekalah yang telah mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan yang nyata ; sebagaimana Allah cintai dan ridhai. Dan Rasulullah telah bersaksi terhadap kebaikan mereka –sebagaimana diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim- beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian sesudah mereka, kemudian sesudah mereka”

Tidak dikenal pada Salafus Shalih perselisihan dalam masalah aqidah. Dan tidak bisa dijadikan alasan/hujjah perselisihan shahabat dalam masalah aqidah.

Ibnu Taimiyyah berkata dalam “Majmu Al-Fatawa 6/394”

“Adapun yang akan aku katakan dan menuliskannya … adalah seluruh ayat-ayat Al-Qur’an tentang sifat-sifat Allah : tidak ada perselisihan dikalangan sahabat tentang takwilnya, sungguh saya telah membaca tafsir-tafsir para sahabat, dan hadits-hadits yang diriwayatkan mereka, dan dengan kehendak Allah saya telah mengetahui kitab-kitab besar maupun kecil, lebih dari 100 tafsir. Maka tidak aku dapati hingga saat ini riwayat dari salah seorang sahabat yang mentakwilkan ayat-ayat atau hadits-hadits tentang sifat Allah : menyelisihi pemahaman yang diketahui kebenarannya, tetapi justru terdapat riwayat dari mereka yang menegaskan hal itu dan menetapkannya.

Oleh karena itu, membenahi aqidah-aqidah manusia serta memperbaiki manhaj mereka adalah asas dakwah para rasul dan asas setiap dakwah kepada sunnah dan dakwah yang benar ; perselisihan itu tertolak dalam seluruh perkara-perkara syari’at, terlebih lagi dalam masalah aqidah adalah lebih utama, dan tidak mungkin mengumpulkan manusia sebelum membetulkan aqidah mereka, karena yang demikian itu maknanya adalah permusuhan, kegagalan dan merintangi pertolongan Allah terhadap mereka, karena pertolongan Allah tidak akan diturunkan kepada ahli syirik dan khurafat serta para pemuka yang sesat, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Dan Allah benar-benar akan menolong orang yang menolongNya sesungguhnya Allah amat kuat lagi perkasa” [Al-Hajj/22 : 40]

Maka didalam mengikuti jalan orang-orang yang beriman dan menjauhi jalan-jalan yang Allah dan rasulNya peringatkan darinya terdapat jalan keluar dari fenomena jelek yang kita hidup pada masa kita ini, dan ini adalah yang dipersaksikan oleh Al-Qur’an dan sunnah serta sejarah, lalu apakah kita mengetahuinya ?

[Disalin dari majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi 13 Th. III Shafar 1426H/ April 2005M, hal. 32-34. Penerbit Perpustakaan Bahasa Arab Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, Jl Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/2143-mengikuti-jalan-yang-bercabang.html